Menjadi sederhana itu indah ..
Itu kalimat yang banyak kupelajari dari orang orang disekelilingku. Ketika aku kecil, hanya mampu melihat, tapi tak tahu harus bertanya apa. Ketika aku remaja, aku mulai melihat banyak perubahan hidup dan belajar memahaminya, hingga kini aku dewasa akan keyakinanku, belajar tentang arti sebuah kesederhanaan.
Aku hadir dari keluarga sederhana. Yang mengutamakan pendidikan, kemandirian dan masa depan yang terjamin. Orang tuaku sama sama pekerja keras dan sangat pandai menabung. Tiap pundi pundi yang berhasil dikumpulkan, dibelikannya emas untuk investasi. Karena kami tinggal di kota kecil, tentu tak banyak bank dekat, di sekitar perumahan kami.
Untuk sebuah kesederhanaan, semua kebutuhan terpenuhi. Bahkan kami beberapa kali mengunjungi saudara di kota lain, walau untuk jeda waktu yang lama. Komunikasi hanya lewat telpon yang notabene tak bisa berbicara lama, hanya seperlunya. Paling ringan hanya lewat surat, dan paling sering lewat telegram.
Untuk urusan arisan ibu ibu, yang selalu berbicara tentang kelebihan masing masing, dengan perhiasan satu dua menghiasi anggota tubuhnya, tak terlalu digubris oleh ibuku. Ia menikmatinya dengan sederhana. Begitu juga ketika tetangga kiri kanan membeli perabotan baru, ibuku terus mengingatkan untuk pandai menabung agar dapat membeli berbagai keperluan kelak dewasa.
Hingga aku remaja dan pindah ke kota besar yang banyak memiliki godaan kehidupan lebih mewah, orangtuaku mendidikku untuk tetap sederhana. Sederhana bergaul, sederhana berbicara, dan berpenampilan. "Hidup masih panjang .. persiapkan segala sesuatunya untuk masa depan yang lebih baik .." itu salah satu yang menjadi semangat hidup dalam keluarga.
Dan kesederhanaan itu melahirkan banyak keindahan. Keindahan hidup yang hanya dimiliki oleh mereka yang mampu melihatnya. Mampu melihat betapa cobaan yang berikan Tuhan adalah tantangan, adalah proses pembentukan diri, adalah sarana belajar, untuk menjadi lebih dewasa dan bijak. Dan menjadi berguna bagi orang lain.
Tak banyak orang yang mampu melihat arti sebuah sederhana, sesungguhnya memiliki kemewahan hati. Itulah mengapa banyak orang yang berlebih tak bisa menikmati apa kelebihan yang diberikan Tuhan untuknya. Karena ia tak bisa berbagi dengan orang lain dalam kesederhanaan. Atau, ia tak tahu bagaimana harus berbagi dengan orang lain.
Semua dinikmatinya sendiri .. tanpa lagi mampu melihat nilai marjinal sebuah kelebihan. Coba bayangkan, ketika kita susah dan memiliki keterbatasan dana. Kita ingin makan enak saja, rasanya harus menabung dulu hingga berapa lama, baru dapat menikmatinya. Namun berbeda dengan orang yang berlebih. Setiap saat, ia dapat menikmati apa saja yang ia inginkan dalam waktu cepat. Dan nilai sebuah keinginan menjadi begitu kecil.
Lain bila, kita membeli sesuatu dan menikmatinya dengan mereka yang mungkin belum pernah merasakan arti sebuah barang/impian. Akan terlihat wajah wajah penuh kegembiraan menerimanya, merasakan nikmatnya dan haru biru rasa syukur yang terucap. Adakah kita pernah mengucapkan hal yang sama, ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan?
Dan sebuah kesederhanaan adalah cermin buat kita.
Cermin yang mengetuk hati dan perilaku kita untuk tetap bersahaja. Dimana banyak diantara kita yang berkekurangan namun masih dapat bertahan hidup dan terus berjuang. Walau entah besok bisa makan atau tidak.
Dan sebuah kesederhanaan melatih kita untuk sabar dan tetap berdoa. Sabar untuk semua godaan dan keinginan yang memerlukan waktu. Berdoa untuk sebuah hati yang selalu kaya oleh kesederhanaan.
Itu kalimat yang banyak kupelajari dari orang orang disekelilingku. Ketika aku kecil, hanya mampu melihat, tapi tak tahu harus bertanya apa. Ketika aku remaja, aku mulai melihat banyak perubahan hidup dan belajar memahaminya, hingga kini aku dewasa akan keyakinanku, belajar tentang arti sebuah kesederhanaan.
Aku hadir dari keluarga sederhana. Yang mengutamakan pendidikan, kemandirian dan masa depan yang terjamin. Orang tuaku sama sama pekerja keras dan sangat pandai menabung. Tiap pundi pundi yang berhasil dikumpulkan, dibelikannya emas untuk investasi. Karena kami tinggal di kota kecil, tentu tak banyak bank dekat, di sekitar perumahan kami.
Untuk sebuah kesederhanaan, semua kebutuhan terpenuhi. Bahkan kami beberapa kali mengunjungi saudara di kota lain, walau untuk jeda waktu yang lama. Komunikasi hanya lewat telpon yang notabene tak bisa berbicara lama, hanya seperlunya. Paling ringan hanya lewat surat, dan paling sering lewat telegram.
Untuk urusan arisan ibu ibu, yang selalu berbicara tentang kelebihan masing masing, dengan perhiasan satu dua menghiasi anggota tubuhnya, tak terlalu digubris oleh ibuku. Ia menikmatinya dengan sederhana. Begitu juga ketika tetangga kiri kanan membeli perabotan baru, ibuku terus mengingatkan untuk pandai menabung agar dapat membeli berbagai keperluan kelak dewasa.
Hingga aku remaja dan pindah ke kota besar yang banyak memiliki godaan kehidupan lebih mewah, orangtuaku mendidikku untuk tetap sederhana. Sederhana bergaul, sederhana berbicara, dan berpenampilan. "Hidup masih panjang .. persiapkan segala sesuatunya untuk masa depan yang lebih baik .." itu salah satu yang menjadi semangat hidup dalam keluarga.
Selagi kita berlebih, simpanlah kelebihan itu untuk masa masa sulit nanti. Dan ketika masa masa sulit itu tiba, ingatkan suatu saat, masa keemasan akan datang menjemput, sesuai kerja keras kita.Dan kini, aku melihat nilai nilai kesederhanaan itu dapat merangkul banyak orang. Baik yang memiliki kesamaan ataupun tidak. Sebuah nilai empati, nilai untuk bisa menempatkan diri kita dalam posisi orang lain pun tumbuh. Nilai untuk menghargai orang lain dalam setiap aktivitas dan penghargaannya. Nilai untuk selalu membantu dan menikmati kebahagiaan dengan sesama pun bukan lagi sesuatu yang baru.
Dan kesederhanaan itu melahirkan banyak keindahan. Keindahan hidup yang hanya dimiliki oleh mereka yang mampu melihatnya. Mampu melihat betapa cobaan yang berikan Tuhan adalah tantangan, adalah proses pembentukan diri, adalah sarana belajar, untuk menjadi lebih dewasa dan bijak. Dan menjadi berguna bagi orang lain.
Tak banyak orang yang mampu melihat arti sebuah sederhana, sesungguhnya memiliki kemewahan hati. Itulah mengapa banyak orang yang berlebih tak bisa menikmati apa kelebihan yang diberikan Tuhan untuknya. Karena ia tak bisa berbagi dengan orang lain dalam kesederhanaan. Atau, ia tak tahu bagaimana harus berbagi dengan orang lain.
Semua dinikmatinya sendiri .. tanpa lagi mampu melihat nilai marjinal sebuah kelebihan. Coba bayangkan, ketika kita susah dan memiliki keterbatasan dana. Kita ingin makan enak saja, rasanya harus menabung dulu hingga berapa lama, baru dapat menikmatinya. Namun berbeda dengan orang yang berlebih. Setiap saat, ia dapat menikmati apa saja yang ia inginkan dalam waktu cepat. Dan nilai sebuah keinginan menjadi begitu kecil.
Tampilkanlah kesederhanaan itu dalam berbagai kondisi. Ketika kita kaya, ketika kita miskin. Dan disana rasa syukur itu akan tetap ada.
Lain bila, kita membeli sesuatu dan menikmatinya dengan mereka yang mungkin belum pernah merasakan arti sebuah barang/impian. Akan terlihat wajah wajah penuh kegembiraan menerimanya, merasakan nikmatnya dan haru biru rasa syukur yang terucap. Adakah kita pernah mengucapkan hal yang sama, ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan?
Dan sebuah kesederhanaan adalah cermin buat kita.
Cermin yang mengetuk hati dan perilaku kita untuk tetap bersahaja. Dimana banyak diantara kita yang berkekurangan namun masih dapat bertahan hidup dan terus berjuang. Walau entah besok bisa makan atau tidak.
Dan sebuah kesederhanaan melatih kita untuk sabar dan tetap berdoa. Sabar untuk semua godaan dan keinginan yang memerlukan waktu. Berdoa untuk sebuah hati yang selalu kaya oleh kesederhanaan.
2 Fans Berat:
Saya suka banget postingan ini
Kesederhanaan berarti mensyukuri....Entah kondisi berlebih ataupun kurang ketika disyukuri itu menjadi cukup....
Posting Komentar