Week end kali ini kemana ya?
Berlibur dirumah saja? Mm .. sudah hampir tiap minggu dihabiskan dengan bersama sama dirumah. Ke mall? ugh .. gitu gitu aja mallnya ..
Ke toko buku? Buku yang kemarin masih belum dibaca ..
Ke rumah teman? Ngapain yah??
Cari suasana baru yuk ^.^
Berlibur tanpa harus ke mall .. tapi berkunjung ke salah satu situs sejarah masa lalu. Digiring oleh ide muda dan segar, Wiken Tanpa Ke Mall memulai kebersamaannya (yang ketiga) ini menuju ke Museum Seni Rupa dan Keramik di Kota Tua-Jakarta.
Dari awal WTM ini memulai aktivitasnya ke Ragunan, aku sudah berkeingin dan untuk bergabung dan menikmati suasana berbeda bersama teman teman baru dan aktivitas yang dilakukan. Mm .. sayang, waktu tak selalu terbuka memberi kesempatan. Akhirnya .. pertemuan ketiga inilah, yang membuatku mampu bercerita dan menuliskan uniknya meramu bentuk bentuk tanah liat menjadi keramik
Diawali pukul 09.00 pagi, ketika itu hujan terasa cukup deras. Antara rintik hujan dan dinginnya suasana, peserta belum terlalu banyak datang.
Setelah mendaftar ulang, aku dan temanku dipersilahkan berkeliling dan memotret sebagian koleksi museum. Mm .. sudah lama aku tak memasuki museum. Tangga setapak menuruni satu ruangan yang berisikan peralatan zaman dahulu di dalam kotak besar berlapis kaca. Mm .. sederhana namun menyimpan banyak cerita. Aku mengabadikan isi ruangan ..
Sembari "berkelana" dan menikmati etalase keramik, beberapa teman dan peserta lain pun berdatangan. Mm .. hujan mulai reda. Bangku bangku disediakan di sisi halaman rerumputan yang teduh. Sayang sekali ya, museum ini nampak tak menarik minat pengunjung. Padahal bisa diadakan banyak kegiatan yang berkaitan dengannya, akan menjadi satu wisata kota yang menarik minat banyak kalangan. Bahkan untuk mengkomersilkan kreatifitas keramik didalamnya ..
Guide Museum pun siap mengantar. Berkeliling .. dan menerangkan sisi museum dengan isinya. Beberapa fotographer yang siap dengan kalung kameranya pun beraksi. Termasuk diriku.
Jepret sana .. jepret sini ..
Menaiki tangga yang meliuk drastis, menyeramkan buatku .. dan melihat sisi ruang yang berbeda dengan banyak jendela di kiri kanannya.
Pertengahan waktu, kami dibawa ke dalam satu aula besar dan kisah keramik pun dimulai. Mbak Nia Gautama mulai membuka pertemuan dengan menceritakan bagaimana dirinya tertarik dan akhirnya terjun ke dalam dunia keramik. Beberapa slide diperlihatkan tentang keunikan dan keragaman keramik. Bagaimana keramik begitu ramah disosialisasikan kepada masyarakat di dunia luar Indonesia.
Setelah makan siang dan sejenak beristirahat, kami digiring ke satu barisan panjang dimana sebongkah tanah liat telah dipersiapkan untuk masing masing peserta. Kami saling duduk berhadapan dan mulai membuka plastik plastik hitam yang membungkus tanah liat. Sebatang lidi seperti sumpit tipis disediakan membantu dalam hal pembentukan tanah liat menjadi satu benda yang lebih bernilai.
Mbak Nia mulai memberi aba aba bagaimana memulai mengolah bentuknya. Dibantu 2 mahasiswa senirupa di sisi barisan panjang, kami diarahkan untuk membulatkan tanah liat dan menekannya dengan jempol. Hingga membentuk satu cekungan seperti mangkuk kecil.
Para peserta nambak sibuk merapikan kreasinya. Suara suara canda tawa terdengan dari tiap tiap barisan. Namun akhirnya kesempatan untuk berkreasi dibiarkan terjadi. Ada yang membentuk kudanil .. lalu boneka, ular ularan .. vas bunga .. asbak .. dan masih banyak lagi.
Tak ketinggalan atraksi membuat keramik dengan meja putarnya pun berlangsung. Mm .. peminat sibuk mendekati artist keramik ketika memutar mejanya. Wow .. seperti dalam film Ghost dimana Patrick Swayze dan Demi moore memainkan jari jemarinya hingga beradu sangat romantis. Uuuu .... ha ha ha ..
Selengkapnya...
Berlibur dirumah saja? Mm .. sudah hampir tiap minggu dihabiskan dengan bersama sama dirumah. Ke mall? ugh .. gitu gitu aja mallnya ..
Ke toko buku? Buku yang kemarin masih belum dibaca ..
Ke rumah teman? Ngapain yah??
Cari suasana baru yuk ^.^
Berlibur tanpa harus ke mall .. tapi berkunjung ke salah satu situs sejarah masa lalu. Digiring oleh ide muda dan segar, Wiken Tanpa Ke Mall memulai kebersamaannya (yang ketiga) ini menuju ke Museum Seni Rupa dan Keramik di Kota Tua-Jakarta.
Dari awal WTM ini memulai aktivitasnya ke Ragunan, aku sudah berkeingin dan untuk bergabung dan menikmati suasana berbeda bersama teman teman baru dan aktivitas yang dilakukan. Mm .. sayang, waktu tak selalu terbuka memberi kesempatan. Akhirnya .. pertemuan ketiga inilah, yang membuatku mampu bercerita dan menuliskan uniknya meramu bentuk bentuk tanah liat menjadi keramik
Diawali pukul 09.00 pagi, ketika itu hujan terasa cukup deras. Antara rintik hujan dan dinginnya suasana, peserta belum terlalu banyak datang.
Setelah mendaftar ulang, aku dan temanku dipersilahkan berkeliling dan memotret sebagian koleksi museum. Mm .. sudah lama aku tak memasuki museum. Tangga setapak menuruni satu ruangan yang berisikan peralatan zaman dahulu di dalam kotak besar berlapis kaca. Mm .. sederhana namun menyimpan banyak cerita. Aku mengabadikan isi ruangan ..
Sembari "berkelana" dan menikmati etalase keramik, beberapa teman dan peserta lain pun berdatangan. Mm .. hujan mulai reda. Bangku bangku disediakan di sisi halaman rerumputan yang teduh. Sayang sekali ya, museum ini nampak tak menarik minat pengunjung. Padahal bisa diadakan banyak kegiatan yang berkaitan dengannya, akan menjadi satu wisata kota yang menarik minat banyak kalangan. Bahkan untuk mengkomersilkan kreatifitas keramik didalamnya ..
Guide Museum pun siap mengantar. Berkeliling .. dan menerangkan sisi museum dengan isinya. Beberapa fotographer yang siap dengan kalung kameranya pun beraksi. Termasuk diriku.
Jepret sana .. jepret sini ..
Menaiki tangga yang meliuk drastis, menyeramkan buatku .. dan melihat sisi ruang yang berbeda dengan banyak jendela di kiri kanannya.
Pertengahan waktu, kami dibawa ke dalam satu aula besar dan kisah keramik pun dimulai. Mbak Nia Gautama mulai membuka pertemuan dengan menceritakan bagaimana dirinya tertarik dan akhirnya terjun ke dalam dunia keramik. Beberapa slide diperlihatkan tentang keunikan dan keragaman keramik. Bagaimana keramik begitu ramah disosialisasikan kepada masyarakat di dunia luar Indonesia.
Setelah makan siang dan sejenak beristirahat, kami digiring ke satu barisan panjang dimana sebongkah tanah liat telah dipersiapkan untuk masing masing peserta. Kami saling duduk berhadapan dan mulai membuka plastik plastik hitam yang membungkus tanah liat. Sebatang lidi seperti sumpit tipis disediakan membantu dalam hal pembentukan tanah liat menjadi satu benda yang lebih bernilai.
Mbak Nia mulai memberi aba aba bagaimana memulai mengolah bentuknya. Dibantu 2 mahasiswa senirupa di sisi barisan panjang, kami diarahkan untuk membulatkan tanah liat dan menekannya dengan jempol. Hingga membentuk satu cekungan seperti mangkuk kecil.
Para peserta nambak sibuk merapikan kreasinya. Suara suara canda tawa terdengan dari tiap tiap barisan. Namun akhirnya kesempatan untuk berkreasi dibiarkan terjadi. Ada yang membentuk kudanil .. lalu boneka, ular ularan .. vas bunga .. asbak .. dan masih banyak lagi.
Tak ketinggalan atraksi membuat keramik dengan meja putarnya pun berlangsung. Mm .. peminat sibuk mendekati artist keramik ketika memutar mejanya. Wow .. seperti dalam film Ghost dimana Patrick Swayze dan Demi moore memainkan jari jemarinya hingga beradu sangat romantis. Uuuu .... ha ha ha ..
Foto foto selengkapnya dapat diintip di sini.
Kesederhanaan acara sekaligus mengajak kita mengenal hal hal lain yang sering kita abaikan, namun tak berada jauh dari lingkungan kehidupan kita. Keramik .. banyak asesoris rumah yang selalu berkaitan dengannya. Dan kita sempat melupakan bagaimana uniknya keramik cantik itu dibuat. Dari sebongkah tanah liat yang lengket, coklat dan bahkan tak bernilai. Ditangan yang tepat, ia berubah serupa perhiasan rumah yang indah. Tanpa kehadirannya .. sense eksotis Indonesia belumlah lengkap.
Kreatifitas sangat dibutuhkan dalam menyulap sebuah kesederhanaan menjadi satu cita rasa yang tinggi. Andakah pemilik kreatifitas itu?
Kesederhanaan acara sekaligus mengajak kita mengenal hal hal lain yang sering kita abaikan, namun tak berada jauh dari lingkungan kehidupan kita. Keramik .. banyak asesoris rumah yang selalu berkaitan dengannya. Dan kita sempat melupakan bagaimana uniknya keramik cantik itu dibuat. Dari sebongkah tanah liat yang lengket, coklat dan bahkan tak bernilai. Ditangan yang tepat, ia berubah serupa perhiasan rumah yang indah. Tanpa kehadirannya .. sense eksotis Indonesia belumlah lengkap.
Kreatifitas sangat dibutuhkan dalam menyulap sebuah kesederhanaan menjadi satu cita rasa yang tinggi. Andakah pemilik kreatifitas itu?