Raut wajahmu .. seru !!
Ketika pertama kulihat langkah langkahmu pelan
Memanggul pikulan di bahu kananmu
Jalan jalan berlobang .. menjadi lompatan kaki kaki tua itu
Agh .. ternyata lelaki itu masih gesit
"Pakk .. !!"
Sapa pengamat muda menghampiri ..
Dan ia terhenti sembari mendudukkan bakul bambunya ..
Terhenyak mencari siapa yang menyerukan dirinya dari kejauhan ..
Dan bias senyum ia lemparkan sesaat ..
"Agh .. secepat itu pembeli datang kepadaku" fikirnya
Yang terbayang adalah rizki yang kelak ia bawa pulang ..
Sambil melukiskan wajah sang istri yang mencium menyambutnya pulang ..
Namun sebungkus kotak ditujukan kepadanya ..
Sebaris ucapan memintanya untuk menerima tanpa perlu bertanya ..
Anak muda itu serius memperhatikan raut wajah Pak Tua ..
Seakan setitik keraguan berbulir di kening dan pemikiran tuanya ..
Terimalah sekedar rizki untuk bapak dan keluarga ..
Walau tak banyak .. semoga dapat dimanfaatkan dengan kebaikan ..
Hingga tangan tua itu menyambutnya tanpa suara ..
Entah beribu tanya, gerangan apa yang berkecamuk difikirnya ..
Sebaris ucapan terimakasih ia ucapkan .. sembari tersenyum tipis ..
Anak muda itu berbalik dan terus menjauh melanjutkan pencariannya ..
Hingga kulihat raut tua diwajah itu terus menatap sesosok muda yang meneduhkannya
Meneduhkan hatinya ..
Meneduhkan harunya ..
Dan kami meninggalkannya perlahan ..
Tersenyumlah Pak Tua ..
Tak ada yang perlu dikhawatirkan ..
Karena aku hanya ingin melihatmu bahagia ..
Ingin mengetuk hatimu .. bahwa kau tidaklah sendiri ..
Ceritanya sebenarnya mau mengangkat sosok raut muka yang kami temui ketika berjumpa dengan sosok Bapak dan Ibu Tua yang masih berjuang mencari nafkah diluar sana dengan segenap kekuatan dan kemampuan yang dimiliki. Aku dan suami selalu berusaha menghargai upaya kerja keras mereka dan berniat memberikan sedikit "penghargaan".
Tidak banyak.
Namun yang ingin diangkat di sini, adalah reaksi atau respon spontanitas ketika mereka menerimanya.
Sebuah cerita lucu ketika itu, kami melihat Bapak Tua yang berjalan pelan "menggendol" pikulan di bahunya. Isinya pisang masih muda namun siap dijual ke pasar. Agh .. lalu lintas terlalu padat, kami berada di jalur seberang.
Akhirnya kami berhenti agak jauh ke depan, mencari tempat parkiran lebih luas. Dikejarlah si Bapak ..
Namun apa yang terjadi? Kemana si Bapak tadi pergi? Seharusnya ia lewat jalan sini. Tak ada jalan bercabang di sekitar sini. Pertigaan .. perempatan yang memungkinkan ia membelok arah. Tapi .. ini pikulannya, mengapa dibiarkan begitu saja "terparkir" di sisi trotoar?
Suamiku begitu yakin, ini adalah pikulan si Bapak Tua. Tapi kemana dia??
Daripada membuang waktu, akhirnya suamiku berdiri saja di dekat pikulan yang notabene berada disamping pepohonan dan tanaman cukup rimbun. Lumayan tak terlalu panas ..
Eit .. ada gerakan dari semak semak. Perhatian pun tertuju ke balik semak. Dan RUPANYA .. si Bapak Tua muncul dari sana ...
Terpingkal pingkal suamiku menahan tawa .. ia hanya tersenyum, ketika melihat raut muka Bapak Tua itu juga terkejut, pikulannya di"tunggui" oleh sosok muda yang berdiri didekatnya. "waduh .. ngapain ya dia?" mungkin begitu fikir si Bapak.
Tahu kenapa Si Bapak sedikit agak rikuh?? Karena ketika bersembunyi di balik semak, Si Bapak tak tahan menahan pipisnya. Alhasil, ia "bebaskan" disana ...
Begitu selesai, suamiku kembali kearahku. Kulihat si bapak senyam senyum dari tadi mengamati suamiku menyeberang jalan. Dan itulah cerita yang kudapat ..
Tawanya menggelegar membahas pertemuan dengan si Bapak Tua.
"Pasti Bapak Tua tadi berfikir .. keliatan gak ya tadi waktu buang air kecil?" ujarku menggoda. "Apa jadinya kalau tadi aku yang mengantarkan sendiri bingkisannya?" tanyaku bingung.
"Wah, pasti si Bapak itu bangga bercerita kepada teman temannya. Gila .. waktu gue buang air di balik semak semak, gue ditunggui cewek cantik" sahut suamiku ngeledek ...
hua ha ha .. error .. error ...
"Pantesan si Bapak senyum senyum sendiri tadi. Apa yang ada difikirannya ya?" lanjutku.
Ketika pertama kulihat langkah langkahmu pelan
Memanggul pikulan di bahu kananmu
Jalan jalan berlobang .. menjadi lompatan kaki kaki tua itu
Agh .. ternyata lelaki itu masih gesit
"Pakk .. !!"
Sapa pengamat muda menghampiri ..
Dan ia terhenti sembari mendudukkan bakul bambunya ..
Terhenyak mencari siapa yang menyerukan dirinya dari kejauhan ..
Dan bias senyum ia lemparkan sesaat ..
"Agh .. secepat itu pembeli datang kepadaku" fikirnya
Yang terbayang adalah rizki yang kelak ia bawa pulang ..
Sambil melukiskan wajah sang istri yang mencium menyambutnya pulang ..
Namun sebungkus kotak ditujukan kepadanya ..
Sebaris ucapan memintanya untuk menerima tanpa perlu bertanya ..
Anak muda itu serius memperhatikan raut wajah Pak Tua ..
Seakan setitik keraguan berbulir di kening dan pemikiran tuanya ..
Terimalah sekedar rizki untuk bapak dan keluarga ..
Walau tak banyak .. semoga dapat dimanfaatkan dengan kebaikan ..
Hingga tangan tua itu menyambutnya tanpa suara ..
Entah beribu tanya, gerangan apa yang berkecamuk difikirnya ..
Sebaris ucapan terimakasih ia ucapkan .. sembari tersenyum tipis ..
Anak muda itu berbalik dan terus menjauh melanjutkan pencariannya ..
Hingga kulihat raut tua diwajah itu terus menatap sesosok muda yang meneduhkannya
Meneduhkan hatinya ..
Meneduhkan harunya ..
Dan kami meninggalkannya perlahan ..
Tersenyumlah Pak Tua ..
Tak ada yang perlu dikhawatirkan ..
Karena aku hanya ingin melihatmu bahagia ..
Ingin mengetuk hatimu .. bahwa kau tidaklah sendiri ..
Ceritanya sebenarnya mau mengangkat sosok raut muka yang kami temui ketika berjumpa dengan sosok Bapak dan Ibu Tua yang masih berjuang mencari nafkah diluar sana dengan segenap kekuatan dan kemampuan yang dimiliki. Aku dan suami selalu berusaha menghargai upaya kerja keras mereka dan berniat memberikan sedikit "penghargaan".
Tidak banyak.
Namun yang ingin diangkat di sini, adalah reaksi atau respon spontanitas ketika mereka menerimanya.
Sebuah cerita lucu ketika itu, kami melihat Bapak Tua yang berjalan pelan "menggendol" pikulan di bahunya. Isinya pisang masih muda namun siap dijual ke pasar. Agh .. lalu lintas terlalu padat, kami berada di jalur seberang.
Akhirnya kami berhenti agak jauh ke depan, mencari tempat parkiran lebih luas. Dikejarlah si Bapak ..
Namun apa yang terjadi? Kemana si Bapak tadi pergi? Seharusnya ia lewat jalan sini. Tak ada jalan bercabang di sekitar sini. Pertigaan .. perempatan yang memungkinkan ia membelok arah. Tapi .. ini pikulannya, mengapa dibiarkan begitu saja "terparkir" di sisi trotoar?
Suamiku begitu yakin, ini adalah pikulan si Bapak Tua. Tapi kemana dia??
Daripada membuang waktu, akhirnya suamiku berdiri saja di dekat pikulan yang notabene berada disamping pepohonan dan tanaman cukup rimbun. Lumayan tak terlalu panas ..
Eit .. ada gerakan dari semak semak. Perhatian pun tertuju ke balik semak. Dan RUPANYA .. si Bapak Tua muncul dari sana ...
Terpingkal pingkal suamiku menahan tawa .. ia hanya tersenyum, ketika melihat raut muka Bapak Tua itu juga terkejut, pikulannya di"tunggui" oleh sosok muda yang berdiri didekatnya. "waduh .. ngapain ya dia?" mungkin begitu fikir si Bapak.
Tahu kenapa Si Bapak sedikit agak rikuh?? Karena ketika bersembunyi di balik semak, Si Bapak tak tahan menahan pipisnya. Alhasil, ia "bebaskan" disana ...
Begitu selesai, suamiku kembali kearahku. Kulihat si bapak senyam senyum dari tadi mengamati suamiku menyeberang jalan. Dan itulah cerita yang kudapat ..
Tawanya menggelegar membahas pertemuan dengan si Bapak Tua.
"Pasti Bapak Tua tadi berfikir .. keliatan gak ya tadi waktu buang air kecil?" ujarku menggoda. "Apa jadinya kalau tadi aku yang mengantarkan sendiri bingkisannya?" tanyaku bingung.
"Wah, pasti si Bapak itu bangga bercerita kepada teman temannya. Gila .. waktu gue buang air di balik semak semak, gue ditunggui cewek cantik" sahut suamiku ngeledek ...
hua ha ha .. error .. error ...
"Pantesan si Bapak senyum senyum sendiri tadi. Apa yang ada difikirannya ya?" lanjutku.
6 Fans Berat:
wkwkwkw....untung bukan mba kuyu ni yang nemuin tu bapak......
tapi yah manusiawi lah meskipun buang air di pinggir jalan.....udh gak nahan bgt!!!
@Mas Jhoni: wk wk wk .. iya mas. itu yang gak bisa kubayangkan. Bau bau apa gitu keluar dari semak semak .. belum kalau lihat reaksi si bapak yang merasa ketahuan habis buang air. wk wk wk .. gak bakal aku sanggup nahan ketawa ...
Wah.. keren banget puisinya mbak, jadi terharu.. yaah.. semoga Tuhan selalu memberkati mereka dan orang-orang yang juga memberkati mereka.. amiiin
Ha ha ha, aku ngebayangkan betapa kegetnya pak Tua, kalau mbak Kuyus yang mengantarkan bingkisan itu.
Iya mbak, saya juga sangat menghargai mereka yg sudah tua tapi memiliki semangat juang yang tinggi.
@Mas Joddie: iya mas setuju. amien ...
@Mas Erik: hua ha ha .. aku juga gak brani membayangkan. mungkin si bapak tua kembali sembunyi ke semak semak sangking malunya .. ha ha ha
Wah, mbak dan suami perhatian ya dg orang-2 yg senasib dg pak tua itu..?
Aku yakin perhatian itu berarti sangat banyak bagi mereka mbak.. Salut..!!
Posting Komentar