2010_03_17 Cerita Bocah Kecil

Suatu ketika ..
Dalam perjalanan pulang ke Jakarta dari Bogor, aku dan kakak sepupuku naik kereta ekonomi AC seperti biasanya. Perjalanan santai sembari melakukan tugas tugas rutin selalu kami lakukan sebulan sekali.


Dari ujung lorong gerbong kereta, terdengar suara bocah kecil yang riang menyapa orang orang. Ia adalah bocah dengan kekurangan pada fisiknya. Usianya sekitar 6 tahun, kira kira dilihat dari besar tubuhnya. Kulitnya coklat, namun kedua tangannya tidak tumbuh dengan sempurna, hanya sebatas lengan atas. Begitu juga dengan kakinya yang mengharuskannya mengesot selama perjalanan.


Namun kelincahannya berlari, dan gesitnya naik turun kursi penumpang, membuatku terkagum kagum dengan semangat nya. Ia menyapa beberapa penjaja minuman, asongan dan tukang koran yang selalu ramah bermain dengan nya. Dibelakangnya berdiri seorang ibu muda dengan kain jarik panjang melingkar di leher dan bahunya. Tersenyum sambil mengawasi buah hatinya yang tengah bermain. Beberapa penumpang kereta, santun memberikannya lembaran lembaran rupiah. Dan ia terima sambil mengarahkan tangan kecilnya kepada sang ibu.


Ia bermaksud mengatakan, untuk memberikannya lembaran lembaran itu kepada sang ibu yang sedari tadi membawa gelas plastik untuk menampung uang uang yang diterimanya.


Kakak sepupuku tertegun, entah apa yang difikirkannya. Wajahnya serius mengamati bocah kecil itu. Mungkin ia bergumam dalam hati .. seandainya bocah itu terlahir sempurna, tentu masa masa bahagia sudah ia rengguk sekarang. Ia hanya berujar," Kasian ..." ditengah tatapan sendunya.


Aku hanya tersenyum ...
Tak ada yang perlu dikasihani dari seorang bocah polos yang riang bermain. Sekalipun ia memiliki kekurangan fisik, namun ia memiliki kesempurnaan hati. Coba bayangkan .. bila kita berada dalam posisinya .. akankah kita berani tampil di depan umum dengan keriangan yang sama? Dengan canda dan kelincahan yang sama? Tanpa perlu merasa malu, rendah diri, terpuruk bahkan berteriak tidak adil dihadapan Tuhan?


Ia adalah cermin bagi manusia manusia sempurna ...
Sempurna dalam fisik, namun tidak dalam hati dan fikirannya ..
Renungkan satu hal. Dengan kesempurnaan yang diberikan oleh Tuhan, kita masih merasa rendah diri, tidak PD, bahkan masih memekik "kurang". Merasa tidak adil dengan cobaan yang diberikan, bahkan malas berjuang menjadikan dunia lebih baik, ... menjadikan diri lebih berarti bagi orang lain.


Bocah kecil itu adalah malaikat yang menyampaikan pesan pesan terselubung bagi kita yang mampu bersyukur. Jadi .. jangan katakan "kasian" itu kepadanya. Kasian itu seharusnya tertuju kepada kita yang selalu merasa kurang dengan nikmat lebih Tuhan yang tak bisa dihitung ..


Teringat ucapan seorang Gusdur kepada putrinya, disaat Beliau masih ada. Manusia yang baik adalah manusia yang dapat berguna/bermanfaat bagi orang lain.
Dan bocah kecil itu, membuka mataku untuk tetap hadir dalam lingkungan, dimana mereka membutuhkanku. Bocah kecil itu telah mengetuk hatiku untuk tidak melupakannya.

4 Fans Berat:

catatan kecilku mengatakan...

Selamat datang kembali mbak... i miss you. ^_^

the others mengatakan...

Tertegun membaca tulisan mbak Kuyus.., ternyata anak itu punya mental baja karena tidak menangisi kondisinya yg spt itu.
Salut untuknya.

Kuyus is cute mengatakan...

woalah .. iki dua duanya mbak Reni tho .. aku kok jadi bingung .. ha ha ha ..

mila mengatakan...

Wuaaah... dah lama euy ga komen di sini.. kangeeen mamih kuyus *peyuk peyuk*