2010_03_18 Ketika Tuhan Berbicara Lain


Hari yang indah ...
Walau tiba tiba, badanku diserang suhu sedikit meninggi, 37.1 pagi ini. Rencana untuk bepergian pun terpaksa kutunda.


Sambil menikmati semangkok sup .. aku mulai teringat kisah ringan sore kemarin. Adik iparku yang kedua mulai mengandung dan sudah berjalan 6 minggu. Satu kebahagiaan yang tiada tara dalam keluarga. Setelah sebelumnya, adik iparku yang bontot juga sudah melahirkan bayi lucu yang menggemaskan.


Sekalipun aku bertempat tinggal tidak jauh dari adik iparku yang kedua, namun aku terbilang tak terlalu sering mengunjunginya, selain sebatas komunikasi via sms. Kondisinya yang sering mual cukup membuatnya kebingungan. Tak nafsu makan, bahkan melihat makanan pun tak menimbulkan selera yang membaik.


Berhubung, aku sendiri belum pernah merasakan kehamilan, aku banyak berkonsultasi dengan beberapa teman, browsing via internet dan bertanya dengan orang tua, salah satunya ibu mertuaku.
Tanpa bermaksud membuka sesuatu yang tidak berkenan, .. aku tertegun dengan pertanyaannya yang sering ia ucapkan dulu, ketika awal awal pernikahan kami. Beliau selalu mempertanyakan tentang kehadiran bayi dalam lingkungan rumah tanggaku. Dengan praduga yang tumbuh, kekurangan itu datang dariku.


Pro dan kontra, tumbuh dalam hatiku ..
Jatuh bangun aku menghadapi pertanyaan dan penyataan nya yang tidak mudah untuk diterima. Menyakitkan, menyedihkan .. mengecewakan, namun ia adalah orang tua yang tetap harus dihormati. Aku belajar bagaimana mengendalikan emosi, belajar sabar dan ikhlas yang tumbuh perlahan membuatku kuat.


Ketika Tuhan berbicara lain .. suamiku setia berdiri disampingku di saat duka berkecamuk. Tentang persepi orang, tentang praduga mereka. Ia melihat sesuatu yang lebih dari sekedar diriku, yang tengah sedih oleh keputusan di luar kuasa kita, sebagai manusia. Ia melihatku menjadi kuat, perlahan dan tetap semangat, tak perduli suara suara sumbang menyerang kami. Ia semakin kuat menggenggam tanganku ..


Beberapa tahun pernikahanku berjalan, setiap campur tangan pihak ke-3 membuat kami semakin bertahan dalam fondasi kejujuran, keterbukaan, rasa percaya dan saling menghormati. Saling mengisi dan selalu riang selayaknya masa masa pertama itu bertemu.


Aku mengorbankan kehidupan ambisiku, dan kini menjadi ibu rumah tangga yang siap menanti kehadiran si kecil, selama perjalanan pernikahanku. Namun Tuhan berbicara lain ..
Tuhan belum menghadirkan malaikat kecil itu, meramaikan kehidupan kami berdua. Kami tetap menerima dengan rasa bahagia yang tak terkira. Karena semua akan tiba di saat yang lebih tepat, dari yang kita kira.


Ia tak pernah terlalu cepat dan terlambat mendatangkan rizki NYA.


Kali ini, aku bisa menjawab pertanyaan itu dengan lebih tegar. Dengan tersenyum dan sabar .. aku mencoba menepis kekhawatirannya akan masa tua kami, tanpa seorang anak yang kelak akan memperhatikan kami.
Ia menanyakan bagaimana perkembangan kesehatan kami selama berobat di dokter. Apakah keadaan kandunganku baik baik saja?


Siapa yang tidak ingin menimang buah hati, di dalam rumah tangganya? Semua ini di luar kuasa manusia, setelah apa yang telah diusahakan.

Bila Tuhan berbicara lain .. apalah kekuatan manusia untuk bisa merubahnya?
Antara aku dan suami tak pernah mempermasalahkan kehadiran buah hati yang tak juga kunjung datang di tengah usia kami yang terus bertambah. Suara suara di luar lah yang semakin memperburuk keadaan dan mencari kambing hitam untuk dipersalahkan. Akankah itu solusinya?


Apa yang kita lakukan akan berjalan seperti lingkaran .. dan kembali kepada kita. Keihklasan dan kesabaran akan ketentuan yang diberikan NYA, akan menjadi hadiah paling indah atas tantangan hidup yang dijalani.
Aku akan tetap melakukan yang terbaik .. sekalipun kebaikan itu tak selalu dilihat dengan kebaikan juga ..

6 Fans Berat:

Reni mengatakan...

Mbak.., kesabaran mbak Kuyus dan suami benar-2 sedang diuji.
Salut karena mbak dan suami mampu menjalaninya dg sabar.
Semoga apa yg diharapkan akan menjadi nyata. Amin.

the others mengatakan...

Seneng deh.., karena mbak Kuyus dan suami benar-2 psangan yg hebat, bisa saling menguatkan dan saling mendukung satu sama lain.
Aku banyak belajar dari mbak Kuyus... ^_^

Kuyus is cute mengatakan...

@Mbak Reni: waduh .. kaget, sudah ada mbak Reni nongol nich. amien mbak .. mohon doanya .. semoga kesabaran itu gak ada batasnya. Sampai kapanpun ... amien

@The other: trimakasih .. semoga kita bisa saling mengingatkan ya ..

nietha mengatakan...

berat ya mbak menjawab pertanyaan seperti itu, baru 7 bulan menikah aja setiap ada yang tanya "udah hamil?" aku males banget jawabnya. sedih, kesal, pokoknya perasaannya nggak nentu deh. untungnya punya suami yang sama dengan mbak, menguatkan banget dna sabar. sampe2 aku males pulang kekampung halaman lo mbak, karena males ditanyain tetangga dan keluarga besar.

Seti@wan Dirgant@Ra mengatakan...

Mohon maaf lama baru sempat mampir lagi disini.
salam Taksim.

Kuyus is cute mengatakan...

@Mbak nietha: hi hi .. kita senasib ya mbak. Mudah mudahan kesabaran kita menjadi buah keindahan kelak di masa depan ya.

@Mas Setiawan: halo mas apa khabar .. saya juga sudah lama tidak blogwalking lagi nich .. selamat datang kembali ^.^