Gak pernah blog walking, kali ini aku "ditodong" sahabatku untuk mampir ke blognya yang baru saja dibuat. Sederhana, santun dan jujur .. itulah impresi pertamaku ketika mengunjungi tulisan pertamanya.
Dengan malu malu *malu maluin karena gak pernah blogwalking* ^.^ .. aku membaca tulisannya yang membuatku jadi tergerak untuk menuliskan hal yang sama di postinganku kali ini.
Tentang suara hati dan kejujuran.
Pernah menonton tayangan reality show "Toloooooong" di salah satu TV swasta? Itu termasuk yang kukagumi mampu menggelitik naluri seseorang untuk menolong disaat kita sendiri juga sedang kesusahan. Teringat ide cerita ketika itu, adalah suasana hari raya Idul Adha. Disaat orang banyak antri untuk mendapatkan daging kurban. Kupon kupon yang dipegang mengantarkan mereka untuk bersabar antri sekalipun panas terik mengurutkan barisan pada hitungan kesekian jauhnya.
Dengan malu malu *malu maluin karena gak pernah blogwalking* ^.^ .. aku membaca tulisannya yang membuatku jadi tergerak untuk menuliskan hal yang sama di postinganku kali ini.
Tentang suara hati dan kejujuran.
Pernah menonton tayangan reality show "Toloooooong" di salah satu TV swasta? Itu termasuk yang kukagumi mampu menggelitik naluri seseorang untuk menolong disaat kita sendiri juga sedang kesusahan. Teringat ide cerita ketika itu, adalah suasana hari raya Idul Adha. Disaat orang banyak antri untuk mendapatkan daging kurban. Kupon kupon yang dipegang mengantarkan mereka untuk bersabar antri sekalipun panas terik mengurutkan barisan pada hitungan kesekian jauhnya.
Terlihat seorang ibu tua menggendong anaknya, seperti tak mendapat kupon, berharap belas kasih seseorang sudi memberikan sedikit daging kurbannya.
Beberapa diantara yang didatangi sanggup berbohong dengan mengatakan, saya tak punya daging kurban, sementara dengan kamera tele, terlihat, ia mengantongi 2 bungkus daging kurban di saku celananya.
Ada juga yang mengatakan, "wong aku juga belum tentu bisa menikmati daging kurban, ini kok malah minta, aku dapetnya sedikit?"
Dengan langkah gontai, namun tetap berusaha .. sang ibu tua terus menggali harapan. Sudah berapa orang yang ia sambangi, namun suara hati itu belum mampu jujur terungkap.
Aku yakin, siapapun ingin menolongnya ..
Berbesar hati, dengan rasa kemanusiaan .. tentu setiap insan ingin menolong. Namun berbenturan dengan ego diri dan empati yang saling bersinggungan, kekuatan itu menjauhkannya untuk menjadi jujur.
Tuhan memang Maha Penyayang. Diantara semuanya yang enggan memberi, masih ada satu hati yang sanggup menyuarakan kejujurannya untuk menolong. Satu plastik isi daging kurban itu dibaginya setengah. Dan diberikannya kepada ibu tua itu. Berlari lah sang ibu menuju rumahnya. Sementara team reality show mengikuti kemana si pemberi daging berjalan pulang.
Ia tak kaya. Tak juga bergelimang keberuntungan. Hidupnya sangat sederhana, jauh dari kata kecukupan. Namun empatinya sangat tinggi ..
Disitulah letak kekayaannya ..
Ia tak mempermasalahkan harus membagi apa yang dimilikinya kepada orang lain, sekalipun ia sendiri ingin memilikinya lebih. Yang penting, ia bisa memberikan apa yang diperjuangkan kepada keluarganya ..
Satu kalimat bijak terungkap, bila kita memberi sesungguhnya kita tidak akan kekurangan .. namun malah bertambah. Dan tentu saja, kejujuran seorang pemberi daging ini patut diacungkan jempol. Suara hatinya mampu ia dahulukan diatas ego dirinya.
Berbekal hatinya yang mulia, Tuhan memberikan rizki lebih, melebihi apa yang didapatnya hari itu, melalui tangan tangan team reality show.
Keberanian dan kebesaran jiwanya mampu ia angkat diatas penderitaan hidup yang juga ia rasakan. Tak semua manusia mampu memilikinya ..
Indahnya sebuah suara hati yang mampu menyuarakan kejujuran diatas ego manusia.