Lebih Kuat, Lebih Besar, Lebih Bermanfaat
Kalimat ini saya petik dari tutur kata seorang Mario Teguh, yang inspiratif .. dan motivatif. Membandingkan begitu banyak keluhan keluhan kita disaat menghadapi masalah, musibah, tantangan, atau hantaman yang membuat kita terdiam, malu, berlari bahkan senbunyi. Dukungan sebuah "kelebihan" yang kita miliki, adalah alat ukur yang memacu kita untuk tetap berdiri disaat kekurangan dan kelemahan itu menyambangi kita setiap saat.
Tak semudah itu, menjalani saat saat yang penuh beban dan kritikan, ketika kita sudah begitu nyaman dengan zona kenyamaan penuh sanjungan atau pujian, keamanan juga kepraktisan dalam hidup. Namun bila sewaktu waktu, sebuah ujian mempertemukan kita dengan nya, adakah kita siap memberdirikan diri kita sekuat ketika kita berada dalam bendera kemegahan?
Ketika seorang yang harus berjuang mencari nafkah, duduk menanti rizki ditengah kekurangan fisiknya. Tak perduli pandangan orang, cibiran atau sinis mata melihat, yang penting kebutuhan pangannya terpenuhi sesaat.
Ketika banyak manusia manusia yang menemui benturan dalam hidup atau menemukan dirinya dalam cobaan besar, keyakinan dalam hati untuk tetap berdiri dan menentukan masa depannya adalah kekuatan yang bukan diatur oleh orang lain, melainkan dirinya.
Lalu bagaimana kita yang terkadang enggan memilih maju hanya karena, rasa percaya diri itu hilang? Tidak memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan?
Tidak mempunyai barang yang bisa dipamerkan?
Atau hanya karena bosan dan menggantungkan perubahan pada waktu yang bergulir terlalu cepat?
Hidup bukan tentang orang lain. Hidup adalah tentang kita, tentang aku !!
Hidupmu berarti kalau dirimu yang mengubahnya menjadi LEBIH ... kuat, lebih besar dan lebih bermanfaat.
Who's the boss?? not them, but you !!
Kitalah yang menentukan keinginan kita. Dan kitalah yang menentukan kemajuan kita.
Aku teringat kepada seorang loper koran wanita, yang rajin mengitari komplek perumahan mengantarkan koran koran langganannya. Sepagi itu ia selalu menyapa konsumennya, memberitahu, korannya sudah tiba. Senyum selalu mengumbar di pipinya, kepada siapa yang menatapnya kagum. Aku ingin mengatakan hebat !! Tapi bukan sekedar ucapan yang ia butuhkan .. karena dalam hati siapapun yang melihatnya, terbersit kekaguman yang patut diacungkan jempol.
Juga seorang bapak tua yang tak diberi nikmat melihat, memanggul bakul pisang di bahu kanannya. Ditemani istri, dan terkadang seorang lelaki muda menjajakan dagangannya. Dari pisang tanduk, pisang raja, pisang uli .. apa saja, berjalan menyambangi jalan jalan panjang.
Dulu aku sering mendengar teriakan nya yang khas, ketika melewati rumah. Malam itu pukul 20.00. Tak jarang dini hari ia sudah melewati rumah, atau hampir tengah malam. Berjalan pelan seakan hendak mengetuk pintu demi pintu konsumennya, sehingga tak perlu mengejar dirinya yang telah jauh berlalu.
Senyum dan syukurnya ia haturkan ketika dagangannya mulai dibeli. Sepanjang doa yang ia ucapkan ketika kelebihan rizki ia terima. Tuhan menghadirkan sosok yang sederhana walaupun berkekurangan, namun sangat bersyukur dan ikhlas menjalani hari harinya dengan sabar.
Bapak tua itu adalah cermin buatku dan ketukan palu ketika aku melupakan Nya! Ia menjadikan dirinya kuat, besar dan bermanfaat .. sekalipun ia tak memiliki harta, baju bagus, kendaraan mewah atau pekerjaan yang membuatnya kaya materi. Namun ia memiliki hati yang kaya iman. Kaya pelajaran hidup dan kaya kesederhanaan yang tak tertandingi.
Tuhan masih mempertemukan aku dengan seorang ibu tua yang pulang berjualan di Pasar Empang Bogor, ketika itu. Aku lupa siapa namanya !!
Ia membawa bakul sebesar bakul jamu dan berjualan koran bekas di sudut Pasar Empang. Ibu tua itu nampak tua dan lelah, namun murah senyum dan berkata dalam bahasa sunda dengan lincahnya.
Ketika aku dan suami memiliki rizki berlebih, kami berniat untuk mencarinya dan menemukan rumahnya. Karena mencari cari sang Ibu di Pasar Empang bukanlah pekerjaan yang mudah. Satu demi satu penjaja buah yang kami temui, dan pedagang tak mengenal nama Sang Ibu dengan baik.
Seperti memainkan aksi reality show termehek mehek, kami mulai bertanya kepada rumah rumah penduduk. Melintasi sawah, gang kecil dan kali dengan jembatan yang sempit dilewati Sang Ibu tua dengan beban bakul koran bekas dipunggungnya. Kalau tidak salah, sandal jepit tua dan lusuh melindungi kakinya yang kecil dan ber urat.
Agh .. semangat untuk menemukan Sang Ibu menjadi begitu kuat, sekalipun kami sempat menemui kesulitan.
Jalan yang ditempuh Sang Ibu, cukup jauh juga dimana, ia turun dari kendaraan umum. Berangkat pagi, dan siang itu baru kembali. Berapa jumlah pundi pundi yang ia peroleh ya?
Alhasil, berkat bantuan banyak orang, kami menemukannya. Tentu Sang Ibu sedikit lupa tentang pertemuan pertama kami di angkot 08. Dan bertuturlah ia tentang kehidupannya yang sederhana. Suaminya sakit, dan kini banyak ber istirahat di tempat tidur.
Ketika kami datang, Bapak pun bangun dan menyambut kami. Agh .. kami benar benar terharu. Senyumnya terlihat menahan rasa sakit yang ditutupinya. Kami bertutur seadanya, karena aku tak begitu memahami bahasa sunda. Rizki yang menjadi niat itu, kami sampaikan, demi meringankan beban kehidupannya. Semoga Tuhan melindungi keluarga ini dengan segala kemudahan dan rizki yang tak pernah berhenti.
Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari pertemuan demi pertemuan dengan sosok renta, namun lebih segalanya dari kita yang memiliki kesempurnaan.
Kegigihan mereka, patut menjadi tauladan .. bagi kita.
Bagi ku !!!
6 Fans Berat:
kenapa yah mbak, orng yg baik spt ibu2 yg di cari mbak td, pst kbanyakan orang yg uda tua renta???
mungkin kah karena mereka sudah banyak merasakan asam garam kehidupan, sehingga mereka banyak merenung dan mengambil hikmah atas hidup yang mereka jalani?
Sementara kita yang berlebih, tentu menganggap, kelebihan itu memang sepatutnya kita miliki. Sekalipun tak semua orang merasakannya. Bukankah, kita baru merasakan arti kelebihan ketika kita merasa kekurangan?
Semoga Tuhan melindungi kaum yang renta dan papa. Andai ada kaum yang berlebih dari sisi materi mampu mengangkat mereka dari kesulitan ekonomi ya ...
benar sekali, kadang diluar batas logika kita, namun kita juga nggak tahu semoga pas nanti sudah renta mesih bisa menolong sesama....
Sungguh sulit utk bisa tetap berdiri tegak saat kesulitan mendatangi kita. Tp lebh sulit lagi tuk berdiri, berjalan terus, menjadi lbh besar dan lebih bersemangat. Tapi, lagi-lagi...tak ada yg mustahil klo kita tetap bermimpi.
Good posting, Kuyus!
Btw, tolong mampir ke blogku ya, ada award buatmu. Thx..
Salut deh utk perjuangan mbak Kuyus mencari ibu itu (udah tahu namanya kan, sekarang?).
Semoga rizki dari mbak Kuyus dapat meringankannya.
Orang-2 spt ibu itu sangat hebat karena memiliki kesabaran yang sangat besar ya ?
@Mas Suryaden: amien mas .. semoga kita masih bisa saling tolong menolong sesama
@Mbak Fanda: sama sama mbak. Wah dapet award?? acikkk ...*meluncur ke tkp*
@Mbak Reni: hi hi, aku masih lupa, .. tapi beberapa bulan lalu aku sempat kesana lagi. Ya ampun, rumahnya sudah pindah. Rumahnya yang dulu sudah digusur untuk pelebaran jalan. alhamdulillah beliau sekarang tinggal dengan anak dan cucunya. Walau pas pasan, tapi anaknya sudah bekerja.
Sedihnya suami si ibu akhirnya meninggal. Tapi si ibu, hanya berkaca kaca sambil mencoba tersenyum ketika menceritakan kisahnya. Ia berusaha tegar di depan kami.
Insya allah, rencanaku dan suami mau kesana lagi. Semoga si Ibu gak pindah lagi, karena beliau ngontrak kamar kecil .. walau sudah tak bekerja lagi.
Posting Komentar