2009_07_09 Dunia Maya Jauhkan Harmoni Keluarga


Gambar diambil di sini


Apa benar?
Sebersit tulisan dalam koran harian nasional, membuatku jadi berfikir ulang. Is that true?
Secara aku termasuk yang aktif di dunia maya, dan suami yang aktif di dunia televisi. He he .. maksudnya, suami sukanya nonton tivi .. ^.^


Terbentuk satu cerita ketika seorang ayah asyik dengan laptopnya, sang ibu dengan ponselnya, sementara putranya bergumam dengan "gameboy" nya. Tak ada komunikasi verbal yang dilakukan. Mungkin malah komunikasi dilakukan langsung di dunia maya itu sendiri. Inikah kecanggihan teknologi yang sudah menggeser nilai nilai komunikasi dalam keluarga? Mungkin kah akan mempengaruhi perkembangan anggota keluarga itu sendiri?


Menurut psikolog keluarga, orang yang gemar berkomunikasi melalui dunia maya biasanya adalah orang yang tidak luwes, pemalu dan tidak percaya diri untuk berhadapan langsung dengan orang lain. Benar? ...
Secara komunikasi yang dilakukan tidak bertemu muka, melihat ekspresi lawan bicara dan juga menatap mata.


Yang dikhawatirkan adalah, kebiasaan hidup pasif yang melangsungkan komunikasinya melalui dunia maya, akan membiaskan kebiasaan yang sama kepada anggota keluarga lainnya, terutama anak anak yang mencari teladan/contoh sikap orang tuanya. Terlebih .. karena ikatan dengan dunia luar akan menjadi berkurang, hingga membentuk anak memiliki dunianya sendiri di dalam dunia maya.


Bisa dipahami bila hal akan membawa kepada renggangnya komunikasi verbal antara orang tua dan anak. Faktor tak lagi mengenali karakter masing masing anggota keluarga juga keinginan masing masing individu.


Mungkin dengan meluangkan beberapa waktu, mendekatkan kebutuhan emosional yang perlu dibentuk untuk perkembangan karakter anak anak dalam keluarga, sangat penting dilakukan. Seperti ngobrol bersama, lakukan aktivitas bersama dalam rumah atau disekitar lingkungan. Sekedar berkebun, memasak atau berolahraga bersama keluarga.


Tak ada yang sanggup menggantikan komunikasi emosional antara anak dan orang tua dengan kemajuan teknologi yang terus canggih dan mendekatkan jarak. Kita pun perlu memilih waktu, kapan saat terbaik menggunakan gadget dan berinteraksi dengan anggota keluarga. Perhatian keluarga sangat penting dalam menilai sejauh mana anak terlibat terlalu jauh dengan dunia maya yang menenggelamkannya. Ini terlihat dari seberapa minim teman yang mereka punya, frekwensi komunikasi dan keluwesan dalam berkomunikasi.


Tentu dengan komunikasi langsung, akan menjadi ajang bagi keluarga untuk bisa mengebal putra putrinya, dekat secara emosional dan mendidik mereka untuk mempelajari gerak tubuh/gesture dari lawan bicaranya. Sehingga kita harus tahu kapan harus berbicara dan kapan harus mendengar. Ini merupakan bekal yang kuat bagi generasi muda kelak dalam bersosialisasi dalam masyarakat.
**Artikel Media Indonesia- Anisa Widiarini


Itulah sebabnya, Saptu Minggu dalam seminggu dijadikan hari hari keluarga setelah 5 hari penuh ber aktifitas. Membersihkan rumah bersama, merupakan ajang paling ringan untuk bisa menyatukan keluarga secara emosional. Atau secara aktif dalam periode tertentu, keluarga mengadakan kumpul keluarga kecil, dimana masing masing anggota berhak menyuarakan keinginannya, penolakannya akan sesuatu yang sudah berjalan, ataupun ide ide segar yang terbuka.


Azaz demokrasi dan musyawarah melibatkan anggota keluarga secara keseluruhan. Eksistensi masing masing anggota pun diutamakan, sehingga besarnya arus teknologi yang masuk tak akan mengubah jarak diantara masing masing personal. Kualitas komunikasi sangat penting dibanding sekedar kuantitas tanpa arti.




gambar diambil di sini

1 Fans Berat:

Tukang Komen mengatakan...

ah... emang banyak kontroversi yah di dunia ini...