2009_06_05 Abang Ojek ku ...


Gambar diambil di sini

"Mau keman Neng?" Sapa abang ojek menghampiri.
"Ke Gatsu Bang. Berapa duit?" Jawabku.
"Rp. 20,000 ya"
"Rp. 15,000 ya?"
"Rp. 20.000 Neng, jauh nich"
"Ya udah, tapi jangan ngebut yak!" Ujarku menyetujui.


Bersiap siap dengan mengendarai helm dan melajulah abang ojek mengantarku sesuai tujuan yang dipinta.
Sore itu, melangkah dengan langit setengah terang *setengahnya lagi mendung* aku memutuskan untuk menggunakan ojek yang lincah dan bisa diandalkan untuk mengantarku.


Dulu waktu di Bogor, aku terbilang jarang menggunakan ojek. Karena transportasi begitu mudah digapai dan perjalanan tak semacet di Jakarta. Apalagi di Bogor ada pepatah lama yang mengatakan, kita tidak menuggu angkot, tapi angkotlah yang menunggu kita. He he .. Sangking banyaknya mas angkot ini berseliweran .. ber iritan bahkan dengan penumpang yang belum terisi penuh.


Namun setelah aktif berada di Jakarta, dimana tak semua kendaraan umum mengitari jalan jalan kecil dan nanggung, transportasi menjadi satu pilihan yang bisa diandalkan, walau cukup berisiko tinggi. Dari sisi kelincahannya, ojek bisa diajak kompromi. Dalam suasana jalanan "PAMER" - PAdat MERayap, ojek begitu lincah menyelipkan dirinya memasuki jalan jalan sempit, jalan jalan kampung .. atau berdiri diantara 2 kendaraan besar di sisi kiri dan kanannya.


Sesekali ketika aku berada di angkutan umum metro mini atau mikrolet, bergumam, .. "ugh dasar motor, nyelip nyelip aja. Bikin macet !! Kesenggol gak mau en marah marah. Tapi kalau nyenggol kabur !"
Yah itu sich sudah sering sekali terjadi ..


Tapi giliran aku diantar abang ojek, dengan cara caranya menyelip, aku mengagumi kelincahannya membawa penumpang, menghargai waktu dan mengantarkan sampai tujuan dengan baik. Terkagum kagum dengan cara mereka menghargai waktu, mereka selalu menawarkan pilihan praktis dalam mencari jalan pintas untuk menghindari macet.


Dari beberapa kali menggunakan ojek, aku memiliki satu abang yang menjadi langgananku. Karena kesabarannya ber attitude di jalan raya, tidak mendahului, tidak asal asalan, ... seng penting selamat. Obrol punya obrol .. tukang ojek memang tak selalu bisa dijadikan pendapatan rutin perbulannya. Karena tak selalu memiliki penumpang rutin yang memintanya menggunakan jasanya, setiap hari.


Ketidakpastian ini, tak membuat mereka lalu meninggalkan pekerjaan mengantar orang demi waktu, berlalu begitu saja. Ada saat saat mereka juga memperoleh rizki yang berlimpah disaat tak terduga. Management mengelola pendapatan menjadi satu kekuatan sehingga mampu bertahan dalam keluarga, dan menyekolahkan putra putrinya hingga ke jenjang yang lebih tinggi.


Kerjasama team di rumah dalam memperoleh penghasilan tambahan juga membantu perekonomian keluarga. Disamping itu, aktivitas seorang tukang ojek ternyata lebih dari sekedar yang kita lihat tiap tiap harinya. Bila siang hari aku melihatnya menunggu panggilan penumpang, malam hari digunakannya untuk memperoleh pemasukan yang berbeda.


Dengan latar belakang yang berbeda beda, posisi tukang ojek bersatu ketika mereka menjalankan aktivitas yang sama. Ada pensiunan karyawan di perusahaan farmasi. Ada juga mahasiswa masih kuliah, mencoba menambah penghasilan dengan mengojek. Ada pegawai negeri yang sedang cuti, mencoba mencari kegiatan sambil membantu keuangan keluarga.


Tak perduli apapun itu, tukang ojek adalah pekerjaan terhormat yang membantu banyak orang untuk melanjutkan aktivitasnya lebih cepat. Bahkan artist Cinta Laura pun menyesalkan ketika hujan, becheck ... tak ada ojeck bukan?


Seberapa sering kita menggunakan Ojek?
Bila waktu tak bisa lagi kompromi, atau cukup kesulitan menemukan kendaraan umum menuju tujuan. Khususnya di kota kota besar yang cukup membuat geleng geleng kepala karena tingkat kepadatannya. Belum lagi panas terik ketika harus berdesakan di angkutan umum dan beradu aroma ..


Seberapa risikonya menggunakan Ojek?
Itu tergantung pengendaran ojek tentunya. Apakah ia cukup aware terhadap keselamatan diri dan penumpangnya? Kejelasan surat surat kendaraannya, sehingga ketika diadakan razia dadakan oleh polisi, tak mengganggu tujuan penumpang untuk tiba lebih cepat. Juga tergantung kepada pengetahuan pak ojek menguasai daerah tujuan. Sehingga memiliki alternatif jalan lain yang menyelamatkannya dari kemacetan.


Terutama bila hujan tiba, ada baiknya bila berteduh saja. Menggunakan jaket hujan yang sering dikenakan, memberi satu pengalaman pahit seorang rekan. Ketika itu jaket nya besar terselip di putaran gerigi ban. Alhasil terjepit, dan motor pun terjatuh. Tak melihat ada kendaraan motor lain yang melaju dibelakangnya, .. penumpang pun terlindas kakinya.
Kondisi kakinya di vonis patah oleh dokter.


Semoga kita lebih berhati hati lagi ya. Tak perduli ojek, naik angkot, ataupun tengah berjalan, musibah bisa saja terjadi.

4 Fans Berat:

suryaden mengatakan...

cuman kadang penampilannya sangar, mbok yang agak biasa-biasa saja gitu ya...

T.Yonaskummen mengatakan...

Jadi tukang ojek ternyata juga tak gampang, untuk dapat mangkal cari penumpang di satu tempat yg ramai, mereka harus membayar sejumlah uang yg tidak sedikit untuk jadi tukang ojek, besarnya bervariasi antara 1juta hingga 5juta.

reni mengatakan...

Aku belum pernah naik ojek, mbak.
Tapi paling sering naik becak hehehe

camera mengatakan...

Thank you very much for good story your.@^_^@