2009_06_24 Ibu Tidak Ke Tanah Suci, Ibu Langsung Menuju Tuhan


Gambar diambil di sini


Cerita ini saya copy "plek plek" an dari sebuat note seorang teman. Tentu sudah minta izin sebelumnya .. ^.^
Terharu dengan cerita sederhana, namun indah untuk bisa dibagi dan direnungi bersama teman teman yang membacanya. Semoga kebesaran hati tokoh utamanya, menjadi tauladan bagi kita semua, terutama bagiku ..


----
Sebelum berangkat haji , ibu itu mendatangi rumah anak dan menantunya di jakarta. Sepintas terasa damai namun suami anaknya sangat terlihat resah, Jarang mengobrol dan pulang selalu malam. Tidak ada yang diperlihatkan susah di depan ibunya. Pertengkaran pertengkaran selalu terdengar bisik bisik dan terhenti sampai si ibu datang. Si ibu tidak bisa mengorek persoalannya, apa karena si suami melarangnya.


Pada saat semua sedang tidak ada di rumah, datang pos memberi kan surat peringatan terakhir. Hanya si ibu dan surat itu. Ibu memberanikan diri membuka suratnya. Baru mengertilah, bahwa rumah satu satunya milik anak satu satunya dan menantu satu satunya itu berutang. Jika dalam bulan itu tidak dilunasi maka rumah akan disegel.


Si ibu gelisah dan tak berani membahas ini dengan anaknya. Akhirnya ia diam - diam membatalkan kepergiannya naik haji dan menarik uang dari bank, berapapun yang ia terima. Ia pun mengambil sisa tabungannya dan membayar lunaskan utang rumah untuk bulan itu. Belum lunas, bulan depannya pun masih akan ada tagihan yang sama.


Si ibu mendengar anak dan suaminya menangis malam - malam, mereka belum tahu bahwa utang rumahnya telah lunas. Ibu mendengar mereka akan merahasiakan ini pada dirinya, biar tidak menganggu ibadah hajinya nanti. Ibu ingin mengatakan bahwa ia telah melunasi tapi takut justru akan menambah minder si suami pada dia dan istrinya.. akhirnya ibu memilih merahasiakannya.


Saat keberangkatan pun tiba, ibu diantar ke bandara. Tapi setelah suami istri pulang, ibu diam diam pergi ke rumah temannya.


Karena rumahnya tidak diganggu gugat, suami dan istri pun tidak mempertanyakannya, pun berharap mudah mudahan si penagih juga lupa.


Si ibu memberi penjelasan pada temannya yang kemudian paham untuk ditinggali sementara. Si ibu membantu temannya usaha, tapi seorang lelaki gagah muncul seakan akan membimbingnya melakukan rukun haji dalam keseharian, di tempat nya. Ibu melakukan lari 7 kali antara karena antara rumah dan suatu tempat. Atau melempar anjing yang mengejarnya dengan batu kecil , dan lain lain. Saatnya diceritakan tentu saja temannya tidak percaya. Ibu hanya dianggap terlalu memikirkan hajinya yang tidak jadi padahal ia telah siap.


Suatu hari terjadi musibah Mina. Si anak dan suaminya tentu saja panik. Mereka panik mendatangi pos disini, dan tambah panik lagi saat diberitahukan bahwa ibunya tak pernah terdaftar sebagai haji yang berangkat. Ibu tak pernah pergi.


Mereka memutar otak dimana ibunya sekarang berada. Mengecek ke kampung tidak ada. Suaminya mulai curiga dan mengecek ke penagih utang rumah. Tahulah dia bahwa semua utangnya sudah dilunasi ibu. Berantem lah mereka saling menyalahkan .


Ibu jatuh sakit tapi sangat minta tolong pada temannya agar tidak memberi tahukan anaknya, Ibu yakin bahwa sakitnya tidak seberapa. Tapi temen ibu memutuskan untuk memberitahu anaknya untuk sekedar mengetahui bahwa ibunya bersama dia.


Suami ingin menyusul tapi si istri merasa kalau ibu tahu mereka tahu, tentu ibu akan kecewa, dan pengorbanannya sia - sia. Si istri hanya mengajak suaminya untuk berusaha agar mendapatkan pengganti pengorbanan ibu.


Ibu pun dijemput lagi dibandara, dalam pakaian yang biasa. Istri dan suami sepakat untuk tidak ada yang membahas. Ibu juga tidak banyak bicara. Hanya sujud yang dalam dari mereka.


Setahun kemudian, Jauh hari sebelum haji.
Suami dan istri pulang ke kampung menemui ibu untuk memberangkatkan ibu haji. Mereka telah siap, mampu dan tak memiliki hutang. Namun, mereka datang bertepatan saat ibu sakit. Mereka hanya sama sama berniat, lalu ibu meninggal . Ibu tidak ke tanah suci, ibu langsung menuju Tuhan..


(bila ada kekurangan dan ketidak tepatan teknis mohon disesuaikan sendiri.Trimakasih)
----


Terharu membaca kisah ini, tergerak untuk kembali mengkoreksi diri, sudah sejauh mana kebesaran hati ini berkibar. Ternyata .. tak sebesar Sang Ibu yang sarat cinta dan kasih sayang. Pengobanannya luar biasa, tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri.
Tanpa berkeinginan merepotkan orang lain bahkan sebisa mungkin memberikan semampunya, apa yang dimilikinya.


Sudah sejauh mana kita sanggup merelakan apa yang kita impikan?
Ketika melihat orang lain lebih membutuhkan dan hanya kita yang sanggup menolongnya?
Tanpa embel embel pengharapan akan sebuah ucapan terimakasih. Sekalipun perlakuan kasar, sindiran, hinaan dan ketidakpedulian terkadang kita terima dengan lapang dada yang mengharuskan.


Alangkah indahnya memiliki hati selapang Sang Ibu. Beliau adalah haji yang sebenarnya ^.^

9 Fans Berat:

t.e.3.k.4 mengatakan...

subhanallah ceritanya...

Tukang komen mengatakan...

Pengorbanan seorang ibu terkadang memang sulit untuk kita mengerti, meski cercaan dan hinaan yang diterimanya ia tetap berkorban dan tidak memikirkan dirinya sendiri.

Ge Siahaya mengatakan...

Sama, jadi terharu.. Betapa bijaksananya si ibu, tentu beliau tahu mana yg lebih menyenangkan hatiNya :)

Kuyus is cute mengatakan...

@Tt.e.3.k.4: indah ya ceritanya
@Mas tukang komen: ya benar, aku setuju
@Mbak G: bener mbak ... rasanya indah sekali.

DUNIA POLAR mengatakan...

aku bener2 terharu mbak, tp itulah mungkin yg di sebut sosok alami seorang ibu

reni mengatakan...

Ceritanya mengharukan mbak... Kasih ibu memang tak akan mampu terbalas oleh anak-2nya...
Jadi pengen memeluk ibu...

camera mengatakan...

Thank you very much , for coming to visits your I like your many photograph will follow read your article ^_^

camera mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Frank mengatakan...

subhanallah..
pengorbanan seorang ibu emang begitu besar,....
jadi ingin nangis deh...hihihih