Menyempatkan mampir berlibur, mengajak jagoan kecilku menonton film kartun animasi baru berjudul UP. Kisah yang dipenuhi dengan daya imajinasi ini begitu dikagumi banyak penonton cilik hingga usia dewasa.
Sebelumnya beberapa teman memang menyarankan untuk tidak melewatkan aksi lucu dan kocak film ini. Kebetulan jagoan kecilku belum nonton .. jadi kita nonton bareng dech.
Berkunjung ke Botani Square Bogor ketika itu, semangat si kecil nampak besar dibanding kita kita yang berniat menemani. Padahal acara tayang berlangsung pukul 12.45 siang. Belum makan siang pula.
Namun mahluk kecil ini, yang merasa tak ingin ketinggalan tayangan pertama itu, enggan diajak makan atau bahkan membeli cemilan sekedar pengisi perut.
Dasar anak anak .. aku dan suami geleng geleng kepala saja sambil tersenyum.
Tiba, pintu theater dibuka .. si kecil langsung bergerak. Menyerahkan sendiri kartu tiketnya .. ia berlari lari menemukan kursi duduk yang sudah ditentukan. Wow .. dia paling pertama.
Terlihat dari bangku paling atas, ia menikmati melihat orang orang yang masuk ruangan dan sibuk mencari cari dimana mereka duduk.
Film pun diputar dengan tayangan animasi yang membuat penonton tersenyum ..
Film ini menceritakan kehidupan seorang kakek bernama Carl Fredricksen (Edward Asner) yang berusaha untuk memenuhi mimpi mendiang istrinya. Carl kecil adalah seorang anak pemalu yang mengidolakan seorang penjelajah bernama Charles Muntz (Christopher Plummer). Suatu hari, ia bertemu dengan seorang anak perempuan bernama Ellie (Elizabeth Docter) yang juga mengidolakan Muntz. Sejak saat itu, mereka bersahabat dekat. Ellie memiliki ambisi untuk membangun “klub penjelajah”nya di tepi air terjun Paradise di Tepui, Amerika Selatan. Mereka berdua pun bersumpah akan melaksanakan mimpi itu.
Beranjak dewasa, Carl dan Ellie pun menikah. Mereka terus mengingat mimpi mereka dan berusaha untuk mewujudkannya. Ellie bekerja sebagai penjaga kebun binatang dan Carl menjadi penjual balon gas. Bersama-sama, mereka giat menabung untuk bisa pergi ke air terjun Paradise. Namun, simpanan tersebut selalu saja terpakai untuk kebutuhan mendesak lainnya.
Carl dan Ellie hidup berdua sampai mereka lanjut usia. Mereka tidak memiliki keturunan karena Ellie tidak bisa hamil. Saat Carl berhasil mengumpulkan uang dan berniat mengajak Ellie ke air terjun Paradise, Ellie sakit dan akhirnya meninggal. Carl sangat terpukul dan menjadi orang yang tertutup.
Sepeninggal Ellie, Carl menjadi uring-uringan. Ia bertengkar dengan salah satu pekerja industri yang membuatnya harus pindah ke panti jompo. Saat dijemput, Carl melarikan diri dengan cara menerbangkan rumahnya dengan 10.000 balon gas. Ia berniat untuk pergi dan mendaratkan rumahnya ke air terjun Paradise, seperti mimpi Ellie. Tak disangka, seorang anak yang sedang berusaha mendapatkan lencana pramuka terakhirnya, Russell, juga ikut terbang bersamanya karena bersembunyi di teras rumah Carl. Maka, mereka berdua pun memulai petualangan seru menuju Amerika Selatan.
Selama perjalanan menuju air terjun, Carl dan Russell bertemu banyak tokoh, seperti Kevin, seekor burung raksasa sejenis burung unta dan Dug (Bob Peterson), anjing pintar yang memiliki kalung canggih yang bisa membuatnya berbicara. Carl juga bertemu idola masa kecilnya, Charles Muntz, yang ternyata masih hidup dan berusaha untuk mengumpulkan bukti untuk penemuannya.
Konflik batin pun melanda Carl. Apakah dia harus membantu Russell menyelamatkan Kevin dari kejaran Muntz dan mengembalikan Kevin ke sarangnya atau melanjutkan misinya untuk membawa rumahnya ke tepi air terjun Paradise? Kebahagiaan seperti apa yang sebenarnya dicari oleh Carl?**Review
Cerita ini unik.
Aku mengacungkan jempol untuk daya imajinasinya yang bisa diwujudkan menjadi satu karya cerita yang luar biasa. Sesuatu yang tak pernah terfikirkan oleh manusia manapun, bisa diaplikasikan indah dan kocak untuk usia muda dan ringan untuk semua kalangan.
Apalagi karakter yang diciptakan tak lepas dari kekurangan dan kelebihan yang saling mengisi rangkaian ceritanya menjadi semakin apik.
Mungkin itulah aku suka fim kartun animasi, sebagaimana halnya, Mr. Incredibles, Wall E, Ice Age, Monster, Kungfu Panda, dan lainnya. Selain ringan untuk anak anak, namun aku aku selalu terkagum kagun dengan imajinasi jalan cerita dan penciptaan karakter yang memperkuat jalan cerita.
Sebelumnya beberapa teman memang menyarankan untuk tidak melewatkan aksi lucu dan kocak film ini. Kebetulan jagoan kecilku belum nonton .. jadi kita nonton bareng dech.
Berkunjung ke Botani Square Bogor ketika itu, semangat si kecil nampak besar dibanding kita kita yang berniat menemani. Padahal acara tayang berlangsung pukul 12.45 siang. Belum makan siang pula.
Namun mahluk kecil ini, yang merasa tak ingin ketinggalan tayangan pertama itu, enggan diajak makan atau bahkan membeli cemilan sekedar pengisi perut.
Dasar anak anak .. aku dan suami geleng geleng kepala saja sambil tersenyum.
Tiba, pintu theater dibuka .. si kecil langsung bergerak. Menyerahkan sendiri kartu tiketnya .. ia berlari lari menemukan kursi duduk yang sudah ditentukan. Wow .. dia paling pertama.
Terlihat dari bangku paling atas, ia menikmati melihat orang orang yang masuk ruangan dan sibuk mencari cari dimana mereka duduk.
Film pun diputar dengan tayangan animasi yang membuat penonton tersenyum ..
UP dimulai dengan kisah tentang Carl Fredricksen (Edward Asner), kakek berusia 78 tahun, seorang pedagang balon memutuskan untuk mewujudkan mimpinya yaitu berpetualang dengan mengikatkan ribuan balon pada rumahnya dan terbang menuju Amerika Selatan. Namun rencananya menjadi mimpi buruk saat ia mengetahui bahwa seorang anak berusia 8 tahun bernama Russell (Jordan Nagai) ikut bersamanya ** sinopsis
Film ini menceritakan kehidupan seorang kakek bernama Carl Fredricksen (Edward Asner) yang berusaha untuk memenuhi mimpi mendiang istrinya. Carl kecil adalah seorang anak pemalu yang mengidolakan seorang penjelajah bernama Charles Muntz (Christopher Plummer). Suatu hari, ia bertemu dengan seorang anak perempuan bernama Ellie (Elizabeth Docter) yang juga mengidolakan Muntz. Sejak saat itu, mereka bersahabat dekat. Ellie memiliki ambisi untuk membangun “klub penjelajah”nya di tepi air terjun Paradise di Tepui, Amerika Selatan. Mereka berdua pun bersumpah akan melaksanakan mimpi itu.
Beranjak dewasa, Carl dan Ellie pun menikah. Mereka terus mengingat mimpi mereka dan berusaha untuk mewujudkannya. Ellie bekerja sebagai penjaga kebun binatang dan Carl menjadi penjual balon gas. Bersama-sama, mereka giat menabung untuk bisa pergi ke air terjun Paradise. Namun, simpanan tersebut selalu saja terpakai untuk kebutuhan mendesak lainnya.
Carl dan Ellie hidup berdua sampai mereka lanjut usia. Mereka tidak memiliki keturunan karena Ellie tidak bisa hamil. Saat Carl berhasil mengumpulkan uang dan berniat mengajak Ellie ke air terjun Paradise, Ellie sakit dan akhirnya meninggal. Carl sangat terpukul dan menjadi orang yang tertutup.
Sepeninggal Ellie, Carl menjadi uring-uringan. Ia bertengkar dengan salah satu pekerja industri yang membuatnya harus pindah ke panti jompo. Saat dijemput, Carl melarikan diri dengan cara menerbangkan rumahnya dengan 10.000 balon gas. Ia berniat untuk pergi dan mendaratkan rumahnya ke air terjun Paradise, seperti mimpi Ellie. Tak disangka, seorang anak yang sedang berusaha mendapatkan lencana pramuka terakhirnya, Russell, juga ikut terbang bersamanya karena bersembunyi di teras rumah Carl. Maka, mereka berdua pun memulai petualangan seru menuju Amerika Selatan.
Selama perjalanan menuju air terjun, Carl dan Russell bertemu banyak tokoh, seperti Kevin, seekor burung raksasa sejenis burung unta dan Dug (Bob Peterson), anjing pintar yang memiliki kalung canggih yang bisa membuatnya berbicara. Carl juga bertemu idola masa kecilnya, Charles Muntz, yang ternyata masih hidup dan berusaha untuk mengumpulkan bukti untuk penemuannya.
Konflik batin pun melanda Carl. Apakah dia harus membantu Russell menyelamatkan Kevin dari kejaran Muntz dan mengembalikan Kevin ke sarangnya atau melanjutkan misinya untuk membawa rumahnya ke tepi air terjun Paradise? Kebahagiaan seperti apa yang sebenarnya dicari oleh Carl?**Review
Cerita ini unik.
Aku mengacungkan jempol untuk daya imajinasinya yang bisa diwujudkan menjadi satu karya cerita yang luar biasa. Sesuatu yang tak pernah terfikirkan oleh manusia manapun, bisa diaplikasikan indah dan kocak untuk usia muda dan ringan untuk semua kalangan.
Apalagi karakter yang diciptakan tak lepas dari kekurangan dan kelebihan yang saling mengisi rangkaian ceritanya menjadi semakin apik.
Mungkin itulah aku suka fim kartun animasi, sebagaimana halnya, Mr. Incredibles, Wall E, Ice Age, Monster, Kungfu Panda, dan lainnya. Selain ringan untuk anak anak, namun aku aku selalu terkagum kagun dengan imajinasi jalan cerita dan penciptaan karakter yang memperkuat jalan cerita.
4 Fans Berat:
Film bagus niy mbak, aku jadi ingin ngajak Shasa nonton.. ^_^
Padahal aku termasuk orang yang gak suka nonton lho sebenarnya.
he he he .. filmnya lucu mbak.
aku mau kirim fil Wall E dan kungfu panda buat Sha. Wall Enya sudah dapat. Kungfu Pandanya belum. emoga Sha belum nonton ya? ini fil kesukaanku soalnya ..
Wah senengnya Shasa kalau dapat kiriman itu nanti. Makasih sebelumnya ya mbak...
sama sama mbak ... ^.^
Posting Komentar