Seorang Ibu Tua duduk terlebih dahulu disamping bangku kopaja siang itu. Aku baru saja naik dan melihatnya tertegun, diam tanpa suara. Wajahnya menampakkan kesedihan dan raut wajah tuanya begitu rapuh.
Hati kecilku mengatakan, ia memerlukan bantuan. Ketika aku baru selesai berbelanja .. ditanganku memegang satu tas plastik besar. Sementara disebelahku duduk Ibu tua yang mungkin tak tahu apa yang akan dia bawa pulang untuk keluarganya.
Tergerak hatiku untuk membantu. Namun ini Jakarta !!
Di dalam bus kopaja, cukup banyak dipenuhi orang. Aku bahkan sedikit khawatir mengeluarkan sejumlah uang dengan nilai cukup besar. Terbersit untuk memulainya dengan membayarkan ongkos transportnya dulu. Namun ... ups, Sang Ibu sudah membayarnya duluan. Lupa ... dia khan naik duluan.
Ya sudah.
Akhirnya kupersiapkan sejumlah uang dibalik tasku. Sambil berdoa semoga tak ada yang berniat jahat, aku menunggu bus melaju hingga tempat pemberhentianku tiba. Kuberikan uang yang sudah kulipat lipat kecil itu ke tangannya. "Buat Ibu .." sahutku pelan.
Digenggamnya uang itu. Seakan mengerti maksudku, uang itu bahkan tak dilihatnya. Ia terus menggenggam dan menempelkan genggaman tangannya ke bibirnya seraya berdoa mengucap terimakasih Tuhan atas rizki yang datang ketika itu.
Aku terharu memperhatikannya. Tetap tanpa suara.
Rupanya Sang Ibu juga turun di tempat yang sama. Bus melaju cukup kencang .. hingga kami harus berpegangan untuk bisa turun dengan aman. Kuberikan tanganku untuk membantunya. Matanya melihatku dengan lembut. Ingin ia meraih tanganku .. namun ia lebih memilih berpegangan sendiri.
Aku berjalan duluan namun pelan. Aku ingin tahu kemana ia pergi.
Sayang ia menyeberang jalan .. dengan mata tertunduk dan sesekali melihatku. Tetap tanpa suara. Aih .. hati kecilku menjadi bertanya, cukupkah kiranya pemberianku itu? Mengapa aku hanya memberikan sejumlah itu. Seandainya bisa lebih .. aku tak brani membuka dompetku di tengah padatnya penumpang di dalam bus tadi.
Kuteruskan langkahku pulang, sambil berucap "Maafkan aku Bu. Aku cuman bisa memberi segitu. Seandainya aku brani memberi lebih tadi .."
Ia pun menjauh menuju Stasin Kereta. Aku hanya melihatnya dari kejauhan ..
Aku merasa berdosa. Aku masih mengingatnya ... berkebaya lusuh memegang tas plastik. Urat urat keras ditangannya yang kecil terlihat jelas.
Semoga Tuhan memberinya perlindungan dan rizki yang lebih baik ..
Hati kecilku mengatakan, ia memerlukan bantuan. Ketika aku baru selesai berbelanja .. ditanganku memegang satu tas plastik besar. Sementara disebelahku duduk Ibu tua yang mungkin tak tahu apa yang akan dia bawa pulang untuk keluarganya.
Tergerak hatiku untuk membantu. Namun ini Jakarta !!
Di dalam bus kopaja, cukup banyak dipenuhi orang. Aku bahkan sedikit khawatir mengeluarkan sejumlah uang dengan nilai cukup besar. Terbersit untuk memulainya dengan membayarkan ongkos transportnya dulu. Namun ... ups, Sang Ibu sudah membayarnya duluan. Lupa ... dia khan naik duluan.
Ya sudah.
Akhirnya kupersiapkan sejumlah uang dibalik tasku. Sambil berdoa semoga tak ada yang berniat jahat, aku menunggu bus melaju hingga tempat pemberhentianku tiba. Kuberikan uang yang sudah kulipat lipat kecil itu ke tangannya. "Buat Ibu .." sahutku pelan.
Digenggamnya uang itu. Seakan mengerti maksudku, uang itu bahkan tak dilihatnya. Ia terus menggenggam dan menempelkan genggaman tangannya ke bibirnya seraya berdoa mengucap terimakasih Tuhan atas rizki yang datang ketika itu.
Aku terharu memperhatikannya. Tetap tanpa suara.
Rupanya Sang Ibu juga turun di tempat yang sama. Bus melaju cukup kencang .. hingga kami harus berpegangan untuk bisa turun dengan aman. Kuberikan tanganku untuk membantunya. Matanya melihatku dengan lembut. Ingin ia meraih tanganku .. namun ia lebih memilih berpegangan sendiri.
Aku berjalan duluan namun pelan. Aku ingin tahu kemana ia pergi.
Sayang ia menyeberang jalan .. dengan mata tertunduk dan sesekali melihatku. Tetap tanpa suara. Aih .. hati kecilku menjadi bertanya, cukupkah kiranya pemberianku itu? Mengapa aku hanya memberikan sejumlah itu. Seandainya bisa lebih .. aku tak brani membuka dompetku di tengah padatnya penumpang di dalam bus tadi.
Kuteruskan langkahku pulang, sambil berucap "Maafkan aku Bu. Aku cuman bisa memberi segitu. Seandainya aku brani memberi lebih tadi .."
Ia pun menjauh menuju Stasin Kereta. Aku hanya melihatnya dari kejauhan ..
Aku merasa berdosa. Aku masih mengingatnya ... berkebaya lusuh memegang tas plastik. Urat urat keras ditangannya yang kecil terlihat jelas.
Semoga Tuhan memberinya perlindungan dan rizki yang lebih baik ..
5 Fans Berat:
Memberi adalah keikhlasan, berapapun yang kita beri akan menjadi suatu nikmat yang sangat besar bagi penerima dan juga bagi pemberi. Salut atas kepeduliannya mbak...
@Tukang komen:
sama sama mas. Saya masih belejar dalam hal memberi .. semoga saya bisa berlomba dalam kebaikan ^.^
Halo tante wah ceritanya bagus banget sih aku jadi agak dikit2 terharu gitu...
Emang tante ngasih berapa waktu itu?
Hehehe, maaf mbak utk komentar shasa yg sangat lugu dengan bertanya spt itu. ^_^ Begitulah dia, selalu ingin tahu dan banyak tanya...
BTW, ceritanya emang mengharukan mbak. Semoga saja apa yang diberikan mbak padanya telah dicukupkan oleh Allah. Amin,
@Sha: he he he gak papa kok. Mending kita apa adanya saja. ^.^
Ada sich beberapa lembar uang. untuk beberapa orang mungkin dirasa cukup sayang. Namun mengingat kondisi si ibu yang terlihat sayu, dan begitu membutuhkan, rasanya perlu diberikan lebih. Belum tentu bisa bertemu lagi besok ...
Apalagi ini mau puasa. Dimana ada tradisi munggahan di beberapa keluarga.
Kita makan berlebih dan enak. Bagaimana dengan ibu tadi? itu selalu yang terfikir. ^.^
Posting Komentar