Gambar diambil di sini
damailah hatiku ..
damailah menuju peristirahatan yang terindah
dimana kemelut hanya mampu melirikmu dari kejauhan
dan mendung pun menyisakan debu debu tipis yang perlahan menghilang
damailah hatiku ..
damailah tanpa satu hentakan emosi atau kata kata menghujat
dimana hanya ada doa yang berkiblat
dan tunduk maaf yang mengharapkan ampunan
biar mereka berkata hujan menggelegar ..
petir beterbangan itu karena KAU !!
banjir yang menghujah ..
dan teriakan pilu meminta tolong itu karena KAU !!
pilu dan luka itu, terbuka dan tertutup dengan kroaknya
bagai karat yang menahun hingga membuahkan nanah hitam
biar mereka berkata langit menghitam ..
gemuruh topan itu karena KAU !!
rumah rumah beterbangan ..
dan harta benda pun terbawa itu karena KAU !!
tak ada kata, tak ada harga yang bisa kau tawar
tak terucap .. karena semua sudah hilang
hingga air yang mengalir pun membawaku serta
mengikuti kemana ia beranjak pergi dengan kemauannya tanpa sarat
aku bahkan tak dapat bersuara pelan terlebih lantang
oleh derasnya arus yang mengharuskan
damailah hatiku ..
damailah menuju peristirahatan yang mengihklas kan
Kau tak lagi punya tempat lain
Kau tak lagi sebebas dulu
Kau kini menggantungkan dirimu pada dahan dahan yang menggelantung
namun memintamu untuk menyisihkan inginmu sendiri
niatmu sendiri .. bahkan pengorbananmu sendiri
damailah hatiku ..
damailah hingga waktu yang ditetapkan Nya.
----
damailah hatiku ..
damailah menuju peristirahatan yang terindah
dimana kemelut hanya mampu melirikmu dari kejauhan
dan mendung pun menyisakan debu debu tipis yang perlahan menghilang
damailah hatiku ..
damailah tanpa satu hentakan emosi atau kata kata menghujat
dimana hanya ada doa yang berkiblat
dan tunduk maaf yang mengharapkan ampunan
biar mereka berkata hujan menggelegar ..
petir beterbangan itu karena KAU !!
banjir yang menghujah ..
dan teriakan pilu meminta tolong itu karena KAU !!
pilu dan luka itu, terbuka dan tertutup dengan kroaknya
bagai karat yang menahun hingga membuahkan nanah hitam
biar mereka berkata langit menghitam ..
gemuruh topan itu karena KAU !!
rumah rumah beterbangan ..
dan harta benda pun terbawa itu karena KAU !!
tak ada kata, tak ada harga yang bisa kau tawar
tak terucap .. karena semua sudah hilang
hingga air yang mengalir pun membawaku serta
mengikuti kemana ia beranjak pergi dengan kemauannya tanpa sarat
aku bahkan tak dapat bersuara pelan terlebih lantang
oleh derasnya arus yang mengharuskan
damailah hatiku ..
damailah menuju peristirahatan yang mengihklas kan
Kau tak lagi punya tempat lain
Kau tak lagi sebebas dulu
Kau kini menggantungkan dirimu pada dahan dahan yang menggelantung
namun memintamu untuk menyisihkan inginmu sendiri
niatmu sendiri .. bahkan pengorbananmu sendiri
damailah hatiku ..
damailah hingga waktu yang ditetapkan Nya.
----
Beginilah aku .. kalau lagi "gundah gulana" cenderung mencoba menulis puisi. Mm .. jadinya bagus juga ya? He he ..
Biasanya aku suka menulisnya di sini .. tapi kali ini aku ingin berbagi di blog personalku.
Kayak apa ya rasanya, lagi ngedumel .. jengkel lalu nulis puisi? Mau ngamuk gak bisa .. mau cerewet cerewet juga udah capek sendiri. Satu satunya .. aku mencoba berdamai dengan hati kecilku. Mencoba bertanya apa yang membuatku marah ..
Apa yang tak bisa kuterima dalam emosi ini ..
Lalu apa yang akan kulakukan untuk bisa menenangkan diriku .. dan apa sebenarnya yang ada dibalik ini.
Wah kok sudah kayak pujangga aja ya? Atau Filsafat?
He he .. rasanya itu cara sehatku untuk tak termakan emosi yang sudah siap meledak di ubun ubun. Apalagi ini mau Ramadhan .. saatnya berdamai dengan konflik dan menempatkan uneg uneg hati di saat yang tepat.
Alamakk Kuyus sok tua nechh ... ^.^
Kayak apa ya rasanya, lagi ngedumel .. jengkel lalu nulis puisi? Mau ngamuk gak bisa .. mau cerewet cerewet juga udah capek sendiri. Satu satunya .. aku mencoba berdamai dengan hati kecilku. Mencoba bertanya apa yang membuatku marah ..
Apa yang tak bisa kuterima dalam emosi ini ..
Lalu apa yang akan kulakukan untuk bisa menenangkan diriku .. dan apa sebenarnya yang ada dibalik ini.
Wah kok sudah kayak pujangga aja ya? Atau Filsafat?
He he .. rasanya itu cara sehatku untuk tak termakan emosi yang sudah siap meledak di ubun ubun. Apalagi ini mau Ramadhan .. saatnya berdamai dengan konflik dan menempatkan uneg uneg hati di saat yang tepat.
Alamakk Kuyus sok tua nechh ... ^.^
1 Fans Berat:
Mbak... kok marah-2 ?!
Semoga damai sudah kembali bersemanyam dihati mbak Kuyus ya..
BTW, puisinya keren tuh... Ternyata meskipun marah, bisa juga buat puisi yang keren..
Posting Komentar